Kiat sukses wanita terkaya Indonesia akan kita pelajari bersama – sama dari seorang sosok tangguh bernama Arini Subianto. Sebagai pendatang baru dan pemilik saham situs judi bola pada daftar orang terkaya versi Forbes tahun 2017, Arini berhasil mengejutkan publik karena berhasil menorehkan namanya pada urutan ke 37 dengan harta senilai US $820 juta.
Arini Subianto saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur dari Persada Capital Investama, perusahaan yang fokus utamanya berhubungan dengan sawit. Tanggung jawabnya meliputi produksi hasil budidaya kelapa sawit, dan juga beberapa perkebunan bernilai tinggi seperti misalnya karet dan juga tambang batubara.
Menjadi sorotan karena mengisi puncak kepemimpinan sebuah raksasa bisnis bahkan sudah mirip bagaikan kerajaan pastinya bukan perkara mudah. Seringkali Arini pun merasa gusar karena masih saja terselip pertanyaan menyebalkan yang memancing ke arah pribadi dan diskriminasi gender, secara ia adalah wanita dan juga single parent.
Ia cukup mengamati bahwa ketika seorang pimpinan perusahaan adalah lelaki duda yang memiliki anak, niscaya akan jauh dari pertanyaan yang menyerang personal. Baik itu wawancara formal maupun sekedar bincang santai pada talk show acara televisi, jarang sekali Arini dapati pertanyaan melecehkan seperti yang sering dilontarkan awak media kepadanya.
Menjadi anak sulung dari total tiga orang bersaudara, Arini jelas mengemban tanggung jawab besar untuk menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis milik ayahanda. Orangtua lelaki Arini adalah Benny Subianto, sosok taipan kaya raya asal Indonesia yang juga cukup memiliki nama serta disegani maupun dihormati dalam dunia pengusaha.
Kiat Sukses Wanita Terkaya Indonesia Menghadapi Diskriminasi Gender
Bukan hanya memiliki sejumlah kiat sukses wanita terkaya Indonesia, Arini juga punya banyak senjata untuk menghadapi pertanyaan yang menjurus ke arah diskriminasi gender. Pada suatu ketika, ia pernah diberondong pertanyaan tidak relevan padahal topik pembahasan yang disepakati olehnya hanyalah seputar bisnis semata.
Di tengah sesi wawancara, tiba – tiba wartawan tersebut menggeser arah pembicaraan secara halus namun segera disadari oleh Arini. Pada saat itu, tercetuslah sebuah pertanyaan tentang tips cara mengelola waktu antara keluarga dan bisnis karena sebagai seorang perempuan sudah semestinya mampu mengurus rumah tangga.
Sejujurnya Arini sama sekali tidak keberatan dengan pertanyaan semacam itu, namun yang menjadi permasalahan baginya adalah hal berbeda. Ia tersinggung dengan ketimpangan sudut pandang jurnalis karena tidak menanyakan hal serupa kepada pengusaha lelaki yang duduk tidak jauh dari tempat Arini.
Arini melanjutkan curahan isi hatinya, berkata bahwa ini merupakan contoh bahwa kesetaraan gender di muka bumi adalah ilusi belaka. Ia adalah seorang pemikir praktis sehingga bertindak sesuai dengan nalarnya secara spontan tanpa berlarut – larut memikirkan tetek bengek karena hanya membuang waktu percuma.
Menurut pengalamannya sebagai seorang single parent dan member Situs Judi Slot Online Resmi Terbaru 2021, sejatinya tidak akan ada perbedaan berarti meskipun profesinya tak sama dengannya. Di belahan bumi manapun, single parent memang dituntut untuk berpikir serba kritis dalam membagi jadwal seimbang antara karier maupun urusan rumah tangga tanpa memandang jenis kelaminnya.
Gender Menjadi Takdir Penentu Perjalanan Karier Seseorang
Arini Subianto membagikan kiat sukses wanita terkaya Indonesia kepada wartawan BBC Indonesia karena ia menghormati reputasi portal berita terkemuka tersebut. Baginya, gender bisa jadi merupakan sebuah game changer yang mempunyai kontribusi besar sebagai penentu perjalanan karier seorang manusia.
Misalnya saja ambil contoh Susi Susanti, yaitu wanita yang sukses dalam bidang olah tubuh atau lebih tepatnya atlit bulu tangkis profesional. Susi bertekad untuk membuka sekolah bulu tangkis setelah seringkali mendapat perundungan terkait suramnya masa depan sebagai mantan atlit wanita di Indonesia.
Kini, Susi Susanti membuktikan bahwa ia berhasil mematahkan stigma tersebut, ironisnya justru mustahil tercapai apabila tidak mendengar cibiran masyarakat sebelumnya. Senada dengan Arini, orangtuanya mungkin akan menjadi jauh lebih keras dalam mendidik soal bisnis apabila seandainya ia merupakan seorang lelaki.
Dengan kata lain, Arini tidak mendapatkan tekanan yang cukup besar untuk mengambil alih perusahaan meskipun ia adalah anak paling tua dari ketiganya. Salah satu faktornya juga berdasarkan tradisi suku tionghoa yang lebih mengutamakan garis keturunan laki – laki untuk membawa nama baik keluarga.
Arini sangat beruntung karena terlahir sebagai perempuan sulung di sebuah keluarga taipan tionghoa sehingga dapat lebih ringan menjalani hidup. Ia diberikan kebebasan penuh oleh orangtuanya dalam menentukan minat maupun passion sehingga dapat terbilang bahwa bisnis saat ini adalah memang murni dari keinginannya tanpa paksaan dari pihak manapun juga.